Meski latar belakang pendidikan Ntsane Motloung adalah Studi Alkitab dan pendidikan keagamaan, ia merasa kecewa karena isi Alkitab tidak menjawab banyak pertanyaan di kepalanya. Untuk bertanya pada gurunya pun percuma, karena agama Kristen menolak "pemikiran kritis" penganutnya. Buku-buku teks yang dibacanya pun tidak memberikan jawaban yang memuaskan.
Di tengah kegamangannya itu, Motloung mulai mencari informasi tentang agama secara umum. Ketika hampir putus asa mencari informasi yang diinginkannya, ia menemukan sebuah brosur bertajuk "Is Bible God's Word?' yang diterbutkan oleh Islamic Propagation Center International (IPCI) Durban.
Motloung tertarik dengan isi brosur itu dan akhirnya berkorespondensi dengan IPCI Durban. "Meski beberapa halaman dalam brosur yang saya temukan hilang, saya masih bisa mengakses dua hal penting; alamat IPCI Durban dan beberapa informasi di halaman brosur yang masih tersisa menginspirasi saya dan membuat saya ingin bertanya lebih banyak lagi," kata Motloung.
Moutlong makin bersemangat untuk menanyakan banyak hal ke IPCI Durban, setelah ketua misionarisnya menemukan brosur itu--ketika itu Motloung sudah bertugas mengajar agama Kristen di sekolah milik pemerintah sebagai salah satu mata kuliah wajib yang harus diambilnya--dan sangat marah pada Motloung begitu tahu isi brosur tersebut, apalagi ia adalah bakal menjadi seorang guru agama Kristen.
Sang ketua misionarisnya dengan nada marah malah mengatakan pada Motloung bahwa Islam adalah agama yang musyrik karena para penganutnya menyembah berhala bernama "Allah" dan Nabi Muhammad (Saw.) Namun Motloung mengabaikan perkataan itu. Ia malah berkorespondensi dengan IPCI Durban dan meminta dikirimi brosur lebih banyak lagi. Dari korespondensi dan brosur-brosur dakwah yang dikirim IPCI Durban itulah Motloung mengenal agama Islam.
"Saya pertama kali tahu banyak tentang agama Islam lewat brosur IPCI yang saya pungut dari tumpukan bacaan di sebuah tempat pembuangan. Saya menemukan brosur itu di saat saya benar-benar putus asa mencari sumber informasi untuk mencari tahu lebih banyak tentang agama secara umum.
Namun ada cerita lain yang akhirnya membuat Motloung memutuskan masuk Islam, meninggalkan agama Kristen Lutheran yang dianutnya, serta pekerjaannya sebagai guru agama di sekolah minggu.
"Saya memutuskan masuk Islam setelah seorang muslim menyarankannya untuk menjadi seorang muslim. Waktu itu, saya kebetulan menumpang mobil muslim itu ketika akan berkunjung ke salah satu guru saya pada tahun 1986. Saya tidak langsung mengiyakannya, karena tidak ada seorang muslim pun di kota kami yang bisa menjadi tempat buat saya belajar dan menjalankan kewajiban-kewajiban saya sebagai muslim," ungkap Motloung.
Selama tiga tahun--dari 1986 sampai 1989--Motloung hanya bisa membayangkan bahagianya menjadi seorang muslim. Keinginannya untuk mengucap dua kalimat syahadat tercapai pada tahun 1989, dan ia menambahkan nama islami Yusuf di depan namanya.
Sampai tahun 1992, Yusuf Ntsane Motloung belajar Islam pada organisasi Gerakan Dakwah di Durban dan sampai sekarang aktif berdakwah di pusat-pusat dakwah Gerakan itu, yang ada di sekitar Durban
Eramuslim
Komentar :
Posting Komentar